Aku sang Pemimpi.
Dari dulu hingga kini bahkan nanti, aku tetap seorang pemimpi.
Mimpi-mimpi
selalu membuatku bersemangat menjalankan hari-hariku.
Mimpi itu tak hanya
sekedar di otak lalu berlalu begitu saja. Tapi aku memiliki sebuah buku mimpi.
Ya, dreambook yang aku tulis sejak aku duduk di kelas 6 SD hingga kini.
Bahkan
tumpukan buku yang sudah berjumlah sebelas ini masih tersampul dan tersimpan
rapi dalam keranjangku.
Semula diawali
dengan betapa menyenangkannya merancang masa depan dengan mimpi-mimpi yang
dahsyat yang bisa kukarang sesuka hati. Kususun mimpi itu dengan membaginya
secara garis besar: jangka panjang dan jangka pendek. Untuk mimpi jangka pendek
kutulis ia dengan lebih rasional dengan melihat kondisiku pada saat itu.
Sementara untuk mimpi jangka panjang kutulis apa saja mimpi-mimpiku.
Sebanyak-banyaknya. Panjang. Berderet-deret. Berbaris-baris. Sambil menulis
mimpiku, seringkali aku tersenyum sendiri-sendiri karena kubuat film di otakku
tentang masa depanku itu.
Tak cukup sampai
disitu. Kegemaranku dalam bermimpi membuatku lebih kreatif menulisnya dalam
dreambook-ku. Kubagi lagi mimpi-mimpi itu dalam beberapa aspek. Agama,
pendidikan, pekerjaan, keluarga, masyarakat dan hiburan. Tak hanya mimpi, tapi di
lembar berikutnya kutulis, “How to get it”. Bukan mimpi tanpa menifestasi. Tapi
mimpi yang butuh action agar bisa terealisasi. Kutulis langkah-langkah apa saja
yang harus kulakukan untuk mencapainya. Hal-hal apa saja yang wajib kupelajari
untuk bisa menuju ke sana. Tak lupa kutulis waktunya. Tahun segini harus
begini, tahun berikutnya harus begitu. Begitu seterusnya.
“Barangsiapa
pada hari ini (amalnya) lebih baik dari hari kemarin, maka berarti ia
beruntung.
Barang siapa
pada hari ini keadaannya sama dengan hari kemarin, maka berarti ia merugi.
Dan
barangsiapa pada hari ini keadaannya lebih buruk dari hari kemarin, maka
sesungguhnya ia termasuk orang yang terkutuk atau tersesat.” (HR Al-Hakim)”
Aku tak berpikir untuk menjadi yang terbaik, tapi aku
selalu ingin berusaha melakukan yang terbaik dalam segala kesempatan untuk
mewujudkan mimpi-mimpiku.. karena musuh terbesar bukan orang lain tapi diri
sendiri. Musuh melawan rasa
malas dan tentu saja hawa nasfu yang mendarah daging dalam fitrah sebagai
manusia. Tentu saja berusaha agar dari waktu ke waktu ada peningkatan dan
perbaikan.
Ternyata apa yang
kulakukan sejak hampir 9 tahun itu begitu populer kini. Seminar-seminar
motivasi begitu pula berbagai macam buku-buku ternyata mewajibkan kita untuk
bermimpi. Namanya macam-macam. Mulai dari menyusun proposal hidup (bukan hanya
menikah saja yang butuh proposal, tapi hidup membutuhkan itu, walau pernikahan
termasuk di dalamnya hehe ), rencana hidup, jalan menjadi orang sukses
dll.Memang benar. Hidup harus seperti itu. Hidup harus punya mimpi dan punya
aksi. Itu menjadikan hidup kita memiliki tujuan dan tak terbuang sia-sia.
Bagiku hidup bukan seperti air yang mengalir kemanapun
arus membawanya. Ia bukan Let it flow yang kebanyakan anak muda katakan.
Kehidupan yang tak memiliki mimpi dan tak dirancang membuat kita santai
menjalani waktu.Waktu yang sejatinya digunakan untuk bisa berkarya dan
berproduktif berlalu begitu saja. Mereka tak menyadari bahwa karyalah yang
membuat kita ada dan bahwa di luaran sana orang tengah berlomba-lomba menuju
kesuksesannya. Bukankah gagal
mempersiapkan berarti tengah bersiap-siap untuk gagal? Maka
memang, keberhasilan itu dibangun dari sekarang. Dengan mimpi dengan aksi. Maka
merugilah orang-orang yang tak punya mimpi…
Setiap mimpi yang
berhasil terwujud kuceklis dengan rasa syukur yang tak henti-hentinya. Terwujud
lagi, kuceklis lagi, terus seperti itu. Dreambook-ku penuh dengan tanda ceklis
sebagai bukti bahwa aku bekerja keras untuk mewujudkannya. Sementara ada bagian
lain yang tak diberi tanda. Itu adalah mimpi yang tak terwujud.. Memang, tak
semua mimpi bisa menjadi nyata. Pernah mendengar istilah keberhasilan yang
tertunda kan? Tak ada kata gagal ketika mimpi itu tidak terwujud tapi keberhasilan
yang tertunda. Bisa saja di waktu yang tepat kita bisa meraihnya dan bisa pula
kegagalan itu yang membuat kita belajar banyak dan batu loncatan untuk
mendapatkan keberhasilan di tempat lain.
Maka buatlah plan B dan mimpi-mimpi baru. Jangan pernah
menjadi orang yang pasrah. Karena pasrah berarti menyerah pada keadaan lantas
tak mau lagi untuk bangkit. Tapi berlapangdadalah. Karena lapang dada berarti
membuka hati seluas-luasnya menerima dengan ikhlas apapun yang diperoleh. Tak
lupa pula ikhtiar itu seiring dengan tawakal. Berusaha sekeras mungkin tapi
juga siap dengan segala kemungkinan yang terjadi..
Bermimpilah! Mimpi
membantu kita menyiapkan keberhasilan. Ikrarkan saja, “Saya pasti menjadi orang
yang berhasil!” Itu bukan ungkapan sombong tapi ungkapan positif yang penuh
dengan keoptimisan
Maka teman,
bermimpilah! Jadilah seorang pemimpi dengan aksi agar tak menjadi tong kosong
nyaring dalam berbunyi atau NATO? Not action talk only? Hehe..susunlah masa
depan dari sekarang, bermimpi sebanyak-banyaknya, gali potensi, belajar tak
pernah henti dan terus cetak prestasi! Tentu saja doa sebagai senjata yang
ampuh untuk semuanya. Biarkan
Allah yang menentukan SETELAH kita BERUSAHA KERAS sampai titik darah
penghabisan.
Untuk menjadi seorang yang luar biasa kita harus
melakukan hal-hal yang luar biasa…
dimulai dari 3M sebuah ungkapan populer dari
Aa Gym:
Mulai dari diri sendiri, Mulai dari sekarang dan Mulai dari hal kecil.
Atau ingin menjadi
orang biasa? Mudah.
Bermalas-malaslah, biarkan waktu berlalu begitu saja..
tanpa mimpi tanpa aksi..
Ps: sebuah
keprihatinan ketika melihat para anak muda yang begitu santai, nongkrong tak
kenal waktu, bersenang-senang tak henti-henti dan ogah menjadi sang pemimpi.
Write By : Oki
Setiana Dewi [Sejuta Pelangi]

Tidak ada komentar:
Posting Komentar